Pages

Jumat, 21 Oktober 2011

Ayam Berkah Melawai

Ini tempat makan fav keluarga aku dari dulu... sebenernya yg dijual bukan menu yang istimewa, hanya ayam goreng yang dijual per ekor atau per setengah ekor, lalapan, pete goreng, tahu tempe, sayur tahu, sayur asem, sop ceker, dan aneka minuman... sepintas diliat dari menunya tidak ada yg istimewa kan, tetapi mengapa bisa jadi fav kami..

Yaaaa... ayam goreng disini sangat berbeda dengan kebanyakan tempat,rasanya yang gurih dari ayam kampung pilihan yang diungkep dengan bumbu dan tingkat kematangan yang pas, membuat kita tidak berhenti melumat potongan ayam tsb sampai tulang2nya, hahahah, sungguh sulit mendeskripsikannya kelezatannya, satu ekor selalu terasa kuraaaaang ^o^. Teman sejati dari ayam ini tentu sambalnya yang tidak kalah enak, memang tidak terlalu pedas, tapi KHAS, yang membuat kita selalu mencocolkan ayam tsb ke dalam sambalnya.

Menu yang tidak kalah penggemarnya adalah sop ceker ayam kampungnya, wuiiihhh rasanya hangat dan segar, cocok buat menghangatkan badan, apalagi kl sedang flu (khusus menu ini adanya sore sampai malam).

Kemudian yang wajib dicoba juga adalah Es Kopyornya yang beda, original and full kopyor + susu membuat paduan ini semakin kita lupa...

Harga :
Ayam Goreng 1 Ekor Rp. 40000
Sop Ceker Rp. 6000
Es Kopyor Rp. 16000




Lokasi : Melawai, Blok M


Salam kuliner
cacarani

Solusi Islam Mengatasi Kemiskinan

 
Dalam mengatasi masalah kemiskinan ini, terlebih dulu diperlukan landasan politis penanggulangannnya. Landasan tersebut berupa misi untuk memecahkan persoalan ekonomi. Misinya adalah menjamin dan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat dengan cara mendistribusikan barang dan jasa langsung hingga ke sasaran individu rakyat, sekaligus memberikan peluang kepada mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersiernya. Hal ini lahir dari akar penyebab persoalan ekonomi.

Kemiskinan merupakan musuh bersama dimana setiap pemerintah suatu Negara harus mampu mengentaskan kemiskinan terhadap penduduknya baik di Negara berkembang maupun di Negara maju. Hampir satu milyar penduduk tidak dapat mencukupi kehidupannya dengan mendapatkan uang sebesar satu dollar Amerika. Kemiskinan di negara berkembang juga merupakan masalah yang kompleks, dan salah satu upaya untuk mengatasi kemiskinan adalah melalui pendidikan.

Bukanlah hal yang mudah untuk menyiapkan generasi di bidang pendidikan. Hal itu memerlukan waktu dan kita tidak dapat mengatakannya selama satu tahun. Tetapi kita harus memulainya dengan segera.

Kebodohan merupakan faktor penyebab kemiskinan yang melanda penduduk dunia oleh karena itu menjaga keseimbangan antara orang-orang kaya dan miskin dalam bentuk keadilan dalam kehidupan sosial di masyarakat dan juga penyamarataan sistem pendidikan juga dapat mengatasi kemiskinan di Negara-negara berkembang dan maju.

Setelah itu, diperlukan langkah-langkah strategis, diantaranya menghentikan utang. Utang hukumnya mubah, baik bagi individu maupun negara. Namun, negara boleh berutang dengan syarat:
1.       Di Baitul Mal (Kas Negara) tidak ada uang sama sekali;
2.       Untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat (sandang, pangan, papan). Bukan untuk kebutuhan sekunder;
3.       Tidak mendatangkan bahaya (dharar) bagi masyarakat, baik jangka panjang maupun pendek;
4.       Tidak mengandung riba.

Jika salah satu dari syarat tersebut tidak dipenuhi maka negara dilarang berutang, baik dari dalam maupun luar negeri. Utang yang saat ini dilakukan oleh indonesia dan negara muslim lainnya bukan untuk memenuhi kebutuhan pokok rakyat mengandung riba dan bahayanya, baik yang sudah terlihat maupun yang belum tampak.

Begitu juga penjualan aset-aset harta milik umum, privativasi BUMN. Justru penjualan aset nasional tersebut hanya akal-akalan para pejabat untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Kebijakan tersebut lahir atas tekanan para kreditur, khususnya IMF dan Bank Dunia, bukan atas dasar pertimbangan demi kebaikan masyarakat.

Jika kebijakan ini terus berlanjut, pada akhirnya kekayaan nasional akan terus habis. Sementara jumlah utang tidak pernah berkurang. Di sisi lain, pihak asing dan swasta akan menguasai dan mengendalikan perekonomian indonesia; termasuk sektor-sektor yang sangat vital bagi masyarakat seperti air, listrik, bahan bakar minyak, telekomunikasi, serta pelabuhan udara dan laut. Rakyat kian menderita. Seharusnya rakya ikut serta dalam pengelolaan sarana umum.

Langkah Strategis :
1.      Mengatur masalah pendistribusian;
2.      Menjamin kebutuhan pokok tiap individu rakyat dan kebutuhan kolektif vital;
3.      Menggerakkan ekonomi real: menyediakan lapangan kerja dan modal:
4.      Menghentikan kebocoran uang negara;

Indonesia, jika menerapkan semua hukum islam, termasuk dalam keuangannya, niscaya dapat mengatasi kemiskinan. Sebagai contoh, zakat. Dari 112 juta penduduk indonesia pada tahun 2003, sekitar 6-8 juta atau persen penduduk adalah :
1.         Mereka yang masuk kategori kaya, minimal memiliki aset likuid 4 juta dolar AS atau sekitar Rp. 33.2 milliar. Jumlahnya sekitar 21 juta atau 10 % dari jumlah penduduk Indonesia.
2.        Mereka yang tegolong kaya dan setengah kaya, dengan aset likuid minimal 500.000 dolar AS atau Rp. 4 milliar.
3.        Lapisan kelas menengah dengan pendapatan minimal Rp. 3,5 juta sebulan. Jumlah kelas menengah indonesia sekitar 15% atau 32 juta orang.
4.        Kelompok masyarakat dengan pendapatan minimal Rp. 800.000 – 1.000.000,- perbulan. Jumlahnya cukup besar, yakni sekitar 50 juta atau 40% dari pekerja dan petani Indonesia.

Dengan nishab kekayaan 20 dinar (85 gram emas, setara dengan Rp. 7.650.000), dan anggap uang yang tersisa adalah 20% dari total pendapatan, maka mereka yang wajib zakat adalah golongan I, II, dan III. Anggap saja yang muslim adalah 80% dari mereka. Zakat yang diambil dari kelompok I sebesar 4.648 triliun, kelompok II sebesar 1.680 triliun, dan kelompok III 5,4 triliun. Total pendapatan dari zakat adalah Rp. 6.333,4 triliun. Jika zakat ini diberikan untuk 8 pos pengeluaran sesuai hukum islam maka untuk fakir-miskin saja tersedia Rp. 1.583,4 triliun.

Jizyah pun dapat ditarik dari non-muslim yang menjadi kafir dzimmi. Dari data diatas, jika ditetapkan non-muslim dewasa laki-laki ditarik jizyah 1% dari pendapatannya, diperoleh dana Rp. 316,4 triliun. Angka 1% ini tentu tidak memberatkan dibandingkan dengan misalnya, pajak penghasilan sebesar 15%. Padahal, dalam islam tidak dipungut pajak.

Pemerintah indonesia, jika menerapkan syariat islam juga berhak menarik ‘usyr atau cukai sebesar 10% terhadap eksportir asing yang berasal dari negara-negara yang mengenakan cukai tehadap eksportir Indonesia.

Dari barang tambang yang depositnya terbatas dan penemuan benda-benda berharga di dalam perut bumi Indonesia, pemerintah dapat mengenakan khumus rikaz (seperlima barang temuan). Di Indonesia, potensi barang tambang yang depositnya terbatas dan harta-harta peninggalan masa lalu yang terbenam di perut bumi sangat besar potensinya untuk penerimaan negara.

Harta rakyat dan negara yang dikorup baik oleh pejabat maupun pengusaha harus ditarik kembali, lalu dimasukan dalam kas negara. Belum lagi korupsi yang ada di Departemen-Departemen dan perusahaan BUMN. Semua ini harus diambil dan dikembalikan kepada rakyat.

Hasil kekayaan alam indonesia pun besar. Ambil contoh, Freeport. Salah satu kawasan pertambangan  PT. Freeport di blok A saja diperkirakan mengandung emas sebanyak 2.615 miliar gram. Jika harga 1 gram emas adalah Rp. 100 ribu, maka kekayaan yang dikeruk PT. Freeport dari bumi Irian Jaya setara dengan Rp. 261,5 triliun. Dengan sumber pendapatan itu saja sudah lebih dari cukup. Apalagi jika potensi semua sumber-sumber pendapatan negara digali sesuai dengan aturan islam.

Satu hal penting yang harus dilakukan adalah pola distribusi kekayaan tersebut. Allah Swt. Telah menetapkan skala prioritas.

Pertama, prioritas pembiayaan pada “anggaran wajib”, antara lain:
1.      Jaminan pemenuhan kebutuhan pokok setiap warga negara dalam bentuk subsidi langsung (transfer payment);
2.      Jihad dan dakwah, termasuk industri militer;
3.      Gaji tentara, pegawai negeri sipil, guru dan dosen, hakim dan yang sejenisnya;
4.      Fasilitas umum yang mutlak diperlukan masyarakat;
5.      Urusan bencana alam dan musibah lainnya dan lain-lainnya.

Pembiayaan anggaran wajib ini bersifat mutlak meskipun kas negara tidak mencukupi. Jika terjadi demikian, maka kewajiban Baitul Mal ini beralih menjadi kewajiban umat.

Kedua, jika keuangan negara memungkinkan, pemerintah memberikan rangsangan terhadap perekonomian masyarakat dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, pembiayaan anggaran diberikan berupa:
1.        Subsidi dan bantuan modal di sektor mikro;
2.        Pembagunan proyek-proyek fasilitas umum yang mempermudah urusan masyarakat dan memperlancar kegiatan ekonomi;
3.        Pembangunan proyek-proyek industri utama yang dibutuhkan sektor pertanian dan industri;
4.        Pembiayaan riset dan pengembangan dalam segala bidang;
5.        Pembangunan proyek-proyek lainnya yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Pembiayaan anggaran ini tidak bersifat mutlak artinya hanya dilakukan jika keuangan negara memungkinkan. Berdasarkan prioritas pertama dan kedua di atas, niscaya persoalan utama ekonomi masyarakat dapat dituntaskan.

Pendapatan negara yang demikian besar itu baru akan diperoleh bila syariat islam diterapkan. Andai saja indonesia menerapkan syariat islam, niscaya pengelolaan kekayaan yang demikian melimpah ini akan dapat menyelesaikan persoalan kemiskinan. Belum lagi disatukan, niscaya dunia islam tidak lagi menjadi negara yang bergantung pada negara asing dalam keadaan rakyatnya banyak orang miskin.

Tetapi harus ditegaskan disini bahwa bagi Fakir Miskin harus menunjukan sikap untuk berusaha merubah nasibnya. Karena jika segala sesuatunya terus di support maka tidak akan habis kemiskinan dibumi ini (miskin mental dan materi). Oleh karenanya PENDIDIKAN dan SIFAT ISLAMI tetap yang paling utama untuk membuat bangsanya menjadi maju dan makmur.

Di sini sangat jelas, Khilafah Islamiyah bukan sekedar kewajiban, melainkan juga merupakan kebutuhan.

Wassalam,
Nuraini Setiawati
2008310057

(diambil dari berbagai sumber)

Perkembangan Ekonomi Islam di Indonesia


Tutup Rating kamu telah ditambahkan.
Tutup Ada kesalahan saat menambahkan rating kamu.

Ekonomi Islam dalam tiga dasawarsa ini mengalami kemajuan yang pesat, baik dalam kajian akademis di perguruan tinggi maupun dalam praktek operasional. Dalam bentuk pengajaran, Ekonomi Islam telah dikembangkan di beberapa universitas baik di negara-negara muslim, maupun di negara-negara barat, seperti USA, Inggris, Australia, dan Iain-lain.  Dalam bentuk praktek, Ekonomi Islam telah berkembang dalam bentuk lembaga perbankan dan juga lembaga-lembaga Islam non bank lainnya. Sampai saat ini, lembaga perbankan dan lembaga keuangan Islam lainnya telah menyebar ke 75 negara termasuk ke negara barat (sumber: WASPADA online).

Di Indonesia, perkembangan pembelajaran dan pelaksanaan Ekonomi Islam juga telah mengalami kemajuan yang pesat. Pembelajaran tentang Ekonomi Islam telah diajarkan di beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta. Perkembangan Ekonomi Islam telah mulai mendapatkan momentum sejak didirikannya Bank Muamalat pada tahun 1992. Berbagai Undang-Undangnya yang mendukung tentang sistem ekonomi tersebutpun mulai dibuat, seperti UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana yang telah diubah dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, bahkan mendapat dukungan langsung dari Bapak Wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla.

Sejarah Berdirinya

Sebenarnya aksi maupun pemikiran tentang ekonomi berdasarkan Islam memiliki sejarah yang amat panjang. Pada sekitar tahun 1911 telah berdiri organisasi Syarikat Dagang Islam yang beranggotakan tokoh-tokoh atau intelektual muslim saat itu, serta Ekonomi Islam ini sesuai dengan pedoman seluruh umat Islam di dunia yaitu di dalam Al-Qur'an (Q, S Al-Baqarah: 282).

Awal kebangkitan ekonomi islam di Indonesia maupun di seluruh dunia, misalnya di Indonesia berdiri Bank Muamalat tahun 1992. Pada awal tahun 1997, terjadi krisis ekonomi di Indonesia yang berdampak besar terhadap goncangan lembaga perbankan yang berakhir likuidasi pada sejumlah bank, Bank Islam atau Bank Syariah malah bertambah semakin pesat. Pada tahun 1998, sistem perbankan islam dan gerakan ekonomi islam di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat.

Perkembangannya

Setidaknya ada tiga tantangan yang harus dihadapi, yaitu: Pertama, ujian atas kredibilitas sistem ekonomi dan keuanganya. Kedua, bagaimana sistem ekonomi islam dapat meningkatkan dan menjamin atas kelangsungan hidup dan kesejahteraan seluruh umat, dapat menghapus kemiskinan dan pengangguran di Indonesia ini yang semakin marak, serta dapat memajukan ekonomi dalam negeri yang masih terpuruk dan dinilai rendah oleh negara lain. Dan yang ketiga, mengenai perangkat peraturan; hukum dan kebijakan baik dalam skala nasional maupun dalam skala internasional.

Seperti yang dipaparkan di atas bahwa perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan suatu perwujudan dari permintaan masyarakat yang membutuhkan suatu sistem perbankan alternatif yang selain menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-prinsip syariah. Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan syariah di Indonesia. Sebelum tahun 1992, telah didirikan beberapa badan usaha pembiayaan non-bank yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah.

Dalam periode 1992 sampai dengan 1998, terdapat hanya satu bank umum syariah dan 78 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS) yang telah beroperasi. Pada tahun 1998, dikeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang memberikan landasan hukum yang lebih kuat bagi keberadaan sistem perbankan syariah. Pada tahun 1999 dikeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memberikan kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat pula menjalankan tugasnya berdasarkan prinsip syariah.

Industri perbankan syariah berkembang lebih cepat setelah kedua perangkat perundangundangan tersebut diberlakukan. Krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu 1997-1998 merupakan suatu pukulan yang sangat berat bagi sistem perekonomian Indonesia. Dalam periode tersebut, banyak lembaga-lembaga keuangan, termasuk perbankan, mengalami kesulitan keuangan. Tingginya tingkat suku bunga telah mengakibatkan tingginya biaya modal bagi sektor usaha yang pada akhirnya mengakibatkan merosotnya kemampuan usaha sektor produksi. Sebagai akibatnya kualitas aset perbankan turun secara drastis sementara system perbankan diwajibkan untuk terus memberikan imbalan kepada depositor sesuai dengan tingkat suku bunga pasar. Rendahnya kemampuan daya saing usaha pada sektor produksi telah pula menyebabkan berkurangnya peran sistem perbankan secara umum untuk menjalankan fungsinya sebagai intermediator kegiatan investasi.

Selama periode krisis ekonomi tersebut, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang relatif lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional. Hal ini dapat dilihat dari relatif lebih rendahnya penyaluran pembiayaan yang bermasalah (non performing loans) pada bank syariah dan tidak terjadinya negative spread dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut dapat dipahami mengingat tingkat pengembalian pada bank syariah tidak mengacu pada tingkat suku bunga dan pada akhirnya dapat menyediakan dana investasi dengan biaya modal yang relatif lebih rendah kepada masyarakat. Data menunjukkan bahwa bank syariah relatif lebih dapat menyalurkan dana kepada sektor produksi dengan LDR (loan deposit ratio) berkisar antara 113-117 persen.

Pengalaman historis tersebut telah memberikan harapan kepada masyarakat akan hadirnya sistem perbankan syariah sebagai alternatif sistem perbankan yang selain memenuhi harapan masyarakat dalam aspek syariah juga dapat memberikan manfaat yang luas dalam kegiatan perekonomian. Dari sisi aset, sistem perbankan syariah telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat yaitu sebesar 74% pertahun selama kurun waktu 1998 sampai 2001 (nominal dari Rp. 479 milyar pada tahun 1998 menjadi Rp. 2.718 milyar pada tahun 2001). Dana Pihak Ketiga telah meningkat dari Rp. 392 milyar menjadi Rp. 1.806 milyar. Sistem perbankan syariah telah pula mengalami pertumbuhan dalam hal kelembagaan. Jumlah bank umum syariah telah meningkat dari hanya satu bank umum syariah dan 78 BPRS pada tahun 1998 menjadi 2 bank umum syariah, 3 Unit Usaha Syariah (UUS) dan 81 BPRS pada akhir tahun 2001. Jumlah kantor cabang dari bank umum syariah dan UUS dari 26 telah meningkat menjadi 51 Kantor.

Meskipun pertumbuhan jaringan kantor relatif cepat, namun kontribusi system perbankan syariah terhadap sistem perbankan nasional masih kecil (total aset sekitar 0.26% dari total aset perbankan nasional). Berbagai langkah telah dilakukan untuk terus meningkatkan kualitas operasional perbankan syariah yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kepercayaan para pengguna jasa perbankan syariah. Saat awal-awal perekonomian Indonesia dilanda krisis, bank-bank konvensional tampaknya tidak mampu menyalurkan kredit baru. Hal itu berbanding terbalik dengan kemampuan bank Syariah yang mampu menyalurkan beberapa jenis pembiayaan baru. Ini menandakan bahwa meskipun dalam suasana krisis, perbankan Syariah masih mampu berkiprah. Tahun 1998, perbankan Syariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 445 milyar dan meningkat menjadi Rp 472 milyar pada tahun 1999. Pada saat yang sama penyaluran kredit oleh perbankan konvensional menurun dari Rp 545 trilyun menjadi Rp 227 trilyun.

Di Indonesia saat ini terdapat 255 bank umum dan 2.262 BPR dengan jumlah volume usaha sebesar Rp 1.005 trilyun, dana masyarakat Rp 679 trilyun dan penyaluran kredit Rp 277 trilyun. Dari total volume usaha perbankan nasional itu, terdapat dua bank umum Syariah, satu bank umum yang membuka kantor Syariah, serta 84 BPR Syariah, dengan total volume usaha sebesar Rp 1,2 trilyun. Kiprah jaringan perbankan syariah di Indonesia diakui masih belum menggembirakan. Diakui memang ada beberapa kendala yang dihadapi perbankan syariah untuk berkompetisi dengan perbankan konvensional. Beberapa kendala itu diantaranya, terbatasnya kantor bank syariah, dan masih minimnya pemahaman masyarakat terhadap kegiatan bank syariah. Bila dibandingkan dengan perkembangan perbankan syariah di negara-negara lain, seperti kawasan Timur Tengah, dan Malaysia, maka perkembangan perbankan syariah di Indonesia masih dalam tahap pengembangan.

Ada kecenderungan umum, bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap bank syariah semakin meningkat. Maklum, di samping tidak memakai sistem bunga, bank ini terbukti kebal penyakit negative spread yang diderita banyak bank konvensional pada masa krisis. Minat masyarakat terhadap bank syariah ini juga didorong oleh faktor agama, seperti bisa dilihat dari hasil survei yang dilakukan BI.

Menurut survei BI, sepertiga penduduk Indonesia yang beragama Islam masih enggan berhubungan dengan bank konvensional. Pasalnya, mereka alergi dengan bunga bank yang dianggap setali tiga uang dengan riba. Buat pelaku bisnis, tentu saja, data ini menggambarkan peluang bisnis yang menggiurkan. Sebab, diperkirakan ada sekitar 100 juta orang Islam di Indonesia yang punya potensi berhubungan dengan bank. Berarti ada sekitar 30 juta orang yang merasa lebih afdol bila dilayani oleh bank syariah. Sementara Bank Muamalat Indonesia (BMI) baru bisa melayani 150.000 nasabah (sumber: Bank Indonesia, 2003)

Selain itu Ekonomi Islam juga sebagai wadah menyimpan dan meminjam uang secara halal dan diridhoi oleh Allah SWT. Wallahu’alam.


Wassalam,
Nuraini Setiawati
2008310057

Kamis, 20 Oktober 2011

Filsafat Ilmu Ekonomi :D




I.      Ontologi/Object Ilmu Ekonomi
Segala macam kegiatan dan kesibukan hidup manusia ini ternyata digerakkan oleh kemakmuran yang merupakan tujuan dari setiap usaha manusia. Oleh karenanya object dari Ilmu Ekonomi adalah “Produksi Barang dan Jasa”. Dengan demikian, kemunculan ilmu ekonomi kiranya berangkat dari perasaan kurang atau belum makmur. Lalu, di manakah peran ilmu ekonomi dalam laitannya dengan upaya meraih kemakmuran?

Apabila menyebut kata “ekonomi”, umumnya orang sudah mengerti bahwa kata ini erat hubungannya dengan usaha. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikonomia. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos berarti mengatur. Jadi, arti asli oikonomia adalah mengatur rumah tangga. Kemudian, arti asli tadi berkembang menjadi arti baru, sejalan dengan perkembangan ekonomi menjadi suatu ilmu yaitu dimana pengetahuan yang tersusun menurut cara yang runtut dalam rangka mengatur rumah tangga.

Banyak ragam definisi yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi. Akan tetapi semua definisi itu pada prinsipnya sama. Unsur penting yang patut kita perhatikan dalam penjabaran makna ilmu ekonomi adalah :
a.      adanya kebutuhan manusia yang tidak terbatas
b.     alat-alat pemuas kebutuhan terbatas jumlahnya
c.      adanya usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya
d.     penggunaan alat pemuas kebutuhan untuk berbagai tujuan bersifat alternative

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan sebaik-baiknya dalam rangka mencapai kemakmuran. Ilmu ekonomi merupakan perangkat vital bagi masyarakat untuk menetapkan langkah-langkah menuju kemakmuran.

1.      PEMBAGIAN ILMU EKONOMI
a.      Ekonomi Teori
Ekonomi teori merupakan kumpulan teori-teori di bidang ekonomi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kebijakan ekonomi untuk kepentingan masyarakat. Ekonomi teori merupakan kerangka konsep. Kerangka seperti ini berasal dari data-data konkret yang disusun, diolah, serta diuji coba sehingga akhirnya membentuk asumsi yang bersifat umum.
b.      Ekonomi Deskriftif
Ekonomi deskriftif menggambarkan keadaan ekonomi dalam bentuk angka-angka. Caranya adalah dengan mencatat atau mendafatarkan peristiwa-peristiwa ekonomi sehingga keadaan ekonomi itu tertulis dalam bentuk angka-angka. Melalui analisis terhadap hubungan dan perbandingan tadi, dapatlah diramalkan keadaan yang mungkin terjadi di masa dating.
c.      Ekonomi Terapan
Ekonomi terapan merupakan penggunaan teori ekonomi pada masalah-masalah ekonomi tertentu. Dalam ekonomi terapan kita dapat melihat manfaat langsung teori ekonomi itu dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Ekonomi Mikro
Ekonomi mikro menunjuk pada telaah cara bekerjanya sistem ekonomi yang dilakukan secara particular. Obyek material ekonomi mikro adalah individu per individu atau perusahaan satu per satu. Dari sudut individu misalnya perilaku konsumen dan selera konsumen. Sedangkan dari sudut perusahaan misalnya ongkos perusahaan, produksi perusahaan, penawaran dari perusahaan atau permintaan dari perusahaan, pasar, dan harga.
e.      Ekonomi Makro
Ekonomi makro menunjuk pada telaah cara bekerjanya system ekonomi secara universal. Obyek material ekonomi makro dimulai dari mempelajari susunan perekonomian dari segala sudut. Apabila ekonomi makro mempersoalkan permintaan (seperti dalam ekonomi mikro), maka yang dimaksud bukan permintaan perorangan atau perusahaan tetapi permintaan masyarakat secara keseluruhan. Selanjutnya, ekonomi makro mempersoalkan pendapatan secara nasional, begitu pula produksi, konsumsi dan kesempatan kerja selalu secara menyeluruh. Tampaklah bahwa obyek material (apa yang dibahas) ekonomi mikro dan ekonomi makro pada dasarnya adalah sama. Perbedaan antara keduanya terletak pada obyek formalnya (bagaimana membahasnya).

2.     METODE ILMU EKONOMI
Dalam ilmu ekonomi, terdapat metode-metode yang digunakan untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi. Metode yang digunakan ada yang bercorak analitis (menguraikan) dan ada pula yang bercorak sintesis (merangkum). Berdasarkan kedua corak tersebut, metode ilmu ekonomi dapat dibedakan sebagai berikut:
a.      Metode Induktif
Metode induktif merupakan telaah yang bercorak sintesis. Metode induktif berpangkal dari kenyataan-kenyataan yang dikumpulkan dan dilacak hubungannya.


b.      Metode Deduktif
Metode deduktif merupakan telaah yang bercorak analitis. Metode deduktif berpangkal pada beberapa dalil atau hipotesis. Kemudian dalil itu diujicobakan pada kenyataan-kenyataan yang berhubungan dengan isi dalil yang bersangkutan.

3.     HUKUM EKONOMI
a.      Hubungan Sebab Akibat (kausal)
b.      Hubungan Fungsional

4.     EKONOMI DALAM KAJIAN FILSAFAT
Firman    Allah    yang    menunjukkan    tentang    prinsip    ekonomi    antara    lain sebagai berikut :
a.      Prinsip Ekonomi (Non Islam) Prinsip ekomomi ini adalah prinsip ekonomi yang melandaskan pada pola pikir materialisme, yang menempatkan manusia sebagai segala-galanya, baik secara kolektif atau komunal maupun individual atau liberal. Tata aturan yang bersangkut paut dengan kegiatan ekonomi ditetapkan berdasarkan aturan manusia. Berdasarkan itu ajaran Tuhan ditolaknya. Prinsip ekonomi inilah yang melandasi ekonomi konvensional pada kurun waktu sejak dunia Barat mendominasi peradaban. Prinsip ekonomi yang demikian dinyatakan dalam Al-Qur'an sebagai menyesat kehidupan, yang pada akhirnya akan melahirkan peradaban yang saling baku hantam dan mencari kelengahan pihak lain.
b.     Prinsip Ekonomi Islam, Prinsip ekonomi islam yaitu prinsip ekonomi yang didasarkan atas konsep ketuhanan secara fungsional. Maksudnya hal yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi ditetapkan berdasarkan aturan Allah dalam Al-Qur'an sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah

5.     TUJUAN EKONOMI ISLAM
a.      Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat manusia yang makmur dan selalu dalam taraf lebih maju, dengan jalan melaksanakan produksi barang dan jasa dalam kualitas dan kuantitas yang cukup, guna memenuhi kebutuhan jasmani, rohani serta kebutuhan spiritual, dalam rangka menumbuhkan taraf  kesejahteraan duniawi maupun ukhrowi secara serasi dan seimbang.
b.     Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat manusia yang adil dan merata, dengan jalan melaksanakan distribusi barang, jasa, kesempatan, kekuasaan dan pendapatan masyarakat secara jujur dan terarah dan selalu meningkatkan taraf keadilan dan pemerataannya.
c.      Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat yang stabil dengan jalan menghindarkan gangguan-gangguan inflasi dan depresi ataupun stagnasi, namun tidak menghambat laju pertumbuhan ekonomi masyarakat, dengan jalan mengendalikan tingkah laku masyarakat yang membawa ke arah kegoncangan ekonomi.
d.     Mewujudkan kehidupan ekonomi yang serasi, bersatu, damai, dan maju, dalam suasana kekeluargaan sesama ummat, dengan jalan menghilangkan nafsu untuk menguasai, menumpuk harta, ataupun sikap-sikap lemah terhadap gejala-gejala yang negatif.
e.     Mewujudkan kehidupan ekonomi yang relatif menjamin kemerdekaan, baik dalam memilih jenis barang dan jasa, memilih sistem dan organisasi produksi, maupun memilih sistem distribusi, sehingga tingkat partisipasi masyarakat dapat dikerahkan secara maksimal, dengan meniadakan penguasaan berlebih dari sekelompok masyarakat ekonomi, serta menumbuhkan sikap-sikap kebersamaan (solidaritas).
f.      Mewujudkan kehidupan ekonomi yang tidak menimbulkan kerusakan di bumi, sehingga kelestarian dapat dijaga sebaik-baiknya, baik alam fisik, kultural, sosial maupun spiritual keagamaan.
g.      Mewujudkan kehidupan ekonomi ummat manusia yang relatif mandiri tanpa adanya ketergantungan yang berlebihan dari kelompok-kelompok masyarakat lain.

II.     Epistemologi Dalam Ekonomi
Sesungguhnya pengabaian atas perkiraan relatif (estimate) untuk menyatakan pengetahuan itu benar adanya, sebaliknya juga dengan estimasi, kebenaran akan suatu pengetahuan dapat di perdebatkan atau di permasalahkan. Sebagai gambaran kepada kita bahwa perekonomian Amerika didorong oleh aspek jasa, dan aspek-aspek lain yang juga turut membuat ekonomi Amerika kokoh. Lihat jumlah penduduk amerika, produksi per sektor Amerika, dan pola konsumsi orang-orang amerika yang instan dan konsumtif. Pertanyaannya adalah, dari mana orang-orang amerika dapat hidup seimbang dengan ketimbangan yang setaraf, sebagaimana yang telah kita bahas di depan bahwa kepercayaan atas keyakinan belum tentu benar oleh karena presisi yang berbeda-beda juga turut dalam proses pengambilan keputusan suatu permasalahan.

Akan tetapi grafik ekonomi tidak pernah terukur dan terarah secara vertikal dan horisontal, akan tetapi naik dan bergeser begitu juga turun dan bergeser membentuk tanda kali lalu kemudian berjalan mengikuti perhitungan yang bergeser secara terus menerus. Dengan demikian maka, dapat di simpulkan sementara bahwasanya pergerekan ekonomi akan terus bergeser mendekati kesetimbangan antara apa yang diharapkan dan apa yang menjadi nyata (realibilitas). Olehnya itu, suatu saat dan mungkin kini perekonomian amerika yang kokoh itu akan dan mulai tergoyang secara perlahan laksana angin yang meniup pohon yang semakin besar, baik batangnya. Akarnya, cabang-cabangnya, dahannya, dan daun-daunnya. Walaupun berdiri kokoh namun pohon itu sudah lama dan umurnya sudah tua termakan usia, belum lagi akar-akarnya mulai keras dan kering, begitu juga batang dan daunnya dan bukan menjadi mustahil kalau suatu saat pohon itu akan roboh bukan satu persatu melainkan roboh secara total. Oleh karena diperlukan langkah-langkah penanganan yang kontinyu, dengan melakukan reboisasi sehingga persoalan yang menimbulkan perdebatan yang secara tak pasti tadi dapat terealisasi walau suatu saat permasalahan itu akan muncul kembali.

1.     DENGAN MANAJEMEN
Dewasa ini semua kegiatan bisnis diperhadapkan pada kondisi yang dikenal sebagai era ekonomi baru atau era ekonomi global. Era ini memiliki sejumlah karakteristik antara lain: kinerja perusahaan harus mampu memenuhi harapan pihak terkait, adanya tuntutan agar perusahaan selalu menyempurnakan kinerjanya, ketatnya persaingan antar produk sejenis dan di antara produk tertentu dengan substitusinya, menguatnya saling ketergantungan antara satu perusahaan dengan lainnya, dan cepatnya perubahan selera pelanggan.

Menghadapi kondisi seperti tersebut di atas, perusahaan telah berupaya menyesuaikan diri sedemikian rupa demi mempertahankan keberadaannya. Namun, kadang-kadang (bahkan mungkin acapkali) perusahaan masih dipandang oleh pelanggan-pelanggannya kalah bersaing dibandingkan lawan-lawannya, sehingga loyalitas pelanggan tidak lagi bisa dipertahankan. Fakta ini ikut merintangi pertumbuhan penghasilan dan menghambat perkembangan bisnis perusahaan. Jika diteliti penyebabnya adalah sikap yang ditunjukkan oleh beberapa manajer dan para karyawan sehubungan dengan kesalahan-kesalahan kecil dalam proses operasi/produksi, keterlambatan proses, penyelesaian produksi terlalu dini, dan cacat-cacat kecil pada output, yang dipandang sebagai konsekuensi bisnis yang wajar.

Sejatinya perlu disadari bahwa setiap penyimpangan berapapun kecilnya tetap merupakan problema yang pada gilirannya rawan menimbulkan biaya/pengorbanan; atau setidak-tidaknya menurunkan laba perusahaan dan mengurangi kepuasan pelanggan. Maka lebih bijaksana apabila pihak manajemen memantau dan mengamati penyimpangan-penyimpangan yang terjadi beserta akar penyebabnya, kemudian berupaya mengendalikannya. Adapun perangkat manajerial untuk mengendalikannya disebut six sigma; sebuah metode manajemen yang

Untuk mewujudkannya memerlukan sejumlah tahap yang oleh Brue (2002) disingkat DMAIC, yaitu:
a.      Define
Pertama, manajemen perusahaan yaitu pimpinan-pimpinan perusahaan (selanjutnya hanya disebut manajemen) harus mengidentifikasi secara jelas problema-problema yang dihadapi. Tidak menutup kemungkinan, manajemen harus memetakan proses kegiatan guna memahami dan melokalisir masalah. Kedua, memilih sebuah alternatif tindakan sebagai proyek untuk menanggulangi meluasnya problema/ menyelesaikannya. Ketiga, perusahaan perlu merumuskan tolok ukur/parameter keberhasilan proyek yang dipilih menyangkut luasnya ruang gerak, tingkat penyelesaian masalah sebagai sasaran yang dibidik, tersedianya alat-alat/perlengkapan dan tenaga pelaksana, waktu serta biaya.

Pelaksanaan memerlukan metode persamaan di antara faktor-faktor kunci yang mempengaruhi hasil (dalam hal ini ditunjukkan dengan variabel x) dan kualitas hasil dari proses kegiatan (ditunjukkan oleh variabel y). Dengan demikian, secara matematis persamaan tersebut dapat dirumuskan dengan y = f (x). Untuk memperoleh tingkat kualitas tertentu dari sebuah hasil yang diinginkan, manajemen perusahaan bisa mengukur, mengkaji, mengendalikan dan menyempurnakan faktor-faktor kunci yang amat berpengaruh terhadap hasil tersebut.

b.      Measure
Pada tahap ini terlebih dulu manajemen harus memahami proses internal perusahaan yang sangat potensial mempengaruhi mutu output (disebut critical to quality/CTQ). Kemudian mengukur besaran penyimpangan yang terjadi dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan pada CTQ. Penyimpangan merupakan karakteristik yang dapat diukur yang dijumpai pada proses atau output, namun tidak berada di dalam batas-batas penerimaan pelanggan. Setelah besaran penyimpangan teridentifikasi, manajemen bisa menghitung penghematan dana yang diperoleh jika penyimpangan tersebut tereliminasi. Selanjutnya manajemen perlu membandingkan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menyelenggarakan proyek penanggulangan simpangan dengan penambahan laba sebagai akibat dari penghematan yang diperoleh. Jika biaya proyek:
-     lebih besar/sama dengan penghematan yang diperoleh, maka x ditolak;
-     lebih kecil dari pada penghematan yang diperoleh, maka x harus diwujudkan.

c.      Analyze
Di sini manajemen berupaya memahami mengapa terjadi penyimpangan dan mencari alasan-alasan yang mengakibatkannya. Dalam pada itu, manajemen harus mengembangkan sejumlah asumsi sebagai hipotesis. Hipotesis/dugaan-dugaan sementara mengenai faktor-faktor penyebab penyimpangan harus diuji. Jika hasil uji terhadap hipotesis diterima berarti faktor-faktor penyebab simpangan berpengaruh secara signifikan terhadap penyimpangan yang ada. Apabila hasil uji terhadap hipotesis ditolak berarti faktor-faktor tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penyimpangan yang ada. Setelah mendata faktor-faktor yang dominan mengakibatkan penyimpangan, manajemen harus melangkah ke tahap improve.

d.      Improve
Pada tahap improve, manajemen memastikan variabel-variabel kunci atau faktor-faktor utama (x) dan mengukur daya pengaruhnya terhadap hasil yang diinginkan (y). Sebagai hasilnya, manajemen mengidentifikasi jajaran penerimaan maksimum terhadap masing-masing variabel untuk menjamin bahwa sistim pengukurannya memang layak untuk mengukur penyimpangan yang ada. Kemudian manajemen bisa memodifikasi tiap-tiap variabel kunci agar selalu berada di dalam jajaran penerimaan.

e.      Control
Pada tahap terakhir ini, manajemen harus mempertahankan perubahan-perubahan yang telah dilakukan terhadap variabel-variabel x dalam rangka melestarikan hasil (y) yang senantiasa memuaskan pelanggan. Secara berkala manajemen tetap wajib membuktikan kebenaran sambil memantau proses kegiatan yang sudah disempurnakan melalui alat-alat ukur dan metode yang telah ditentukan sebelumnya untuk menilai kapabilitas perusahaan.

2.     PIHAK-PIHAK PELAKSANA
Pihak-pihak tersebut meliputi:
a.      Executive Leaders
Pimpinan puncak perusahaan yang komit untuk mewujudkan, memulai dan memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi, departemen dan cabang-cabang perusahaan.

b.      Champions
Yaitu orang-orang yang sangat menentukan keberhasilan atau kegagalan proyek. Mereka merupakan pendukung utama yang berjuang demi terbentuknya proyek dan berupaya meniadakan berbagai rintangan/hambatan baik yang bersifat fungsional, finansial, ataupun pribadi agar proyek berfungsi sebagaimana mestinya. Bisa dikatakan Champions menyatu dengan proses pelaksanaan proyek, para anggotanya berasal dari kalangan direktur dan manajer, bertanggung jawab terhadap aktivitas proyek sehari-hari, wajib melaporkan perkembangan hasil kepada executive leaders sembari mendukung tim pelaksana. Sedangkan tugas-tugas lainnya meliputi memilih calon-calon anggota, mengidentifikasi wilayah kerja proyek, menegaskan sasaran yang dikehendaki, menjamin terlaksananya proyek sesuai dengan jadwal, dan memastikan bahwa tim pelaksana telah memahami maksud/tujuan proyek.

c.      Master Project
Orang-orang yang bertindak sebagai pelatih, penasehat (mentor) dan pemandu. Master Project adalah orang-orang yang sangat menguasai alat-alat dan taktik project, dan merupakan sumber daya yang secara teknis sangat berharga. Mereka memusatkan seluruh perhatian dan kemampuannya pada penyempurnaan proses. Aspek-aspek kunci dari peranan master project terletak pada kepiawaiannya untuk memfasilitasi penyelesaian masalah tanpa mengambil alih proyek/tugas/pekerjaan.

d.      Anggota Project
Dipandang sebagai tulang punggung budaya dan pusat keberhasilan proyek, mengingat mereka adalah orang-orang yang: memimpin proyek perbaikan kinerja perusahaan; dilatih untuk menemukan masalah, penyebab beserta penyelesaiannya; bertugas mengubah teori ke dalam tindakan; wajib memilah-milah data, opini dengan fakta, dan secara kuantitatif menunjukkan faktor-faktor potensial yang menimbulkan masalah produktivitas serta profitabilitas; bertanggung jawab mewujudnyatakan proyek. Para calon anggota proyek wajib memenuhi syarat-syarat seperti: memiliki disiplin pribadi; cakap memimpin; menguasai ketrampilan teknis tertentu; mengenal prinsip-prinsip statistika; mampu berkomunikasi dengan jelas; mempunyai motivasi kerja yang memadai.

e.      Supporting Staff
Adalah orang-orang yang membantu di wilayah fungsionalnya. Pada umumnya bertugas: secara paruh waktu di bidang yang terbatas; mengaplikasikan alat-alat untuk menguji dan menyelesaikan problema-problema kronis; mengumpulkan/ menganalisis data, dan melaksanakan percobaan-percobaan; menanamkan budaya dari atas ke bawah.

III.    Kegunaan dan Dampak dari Ilmu Ekonomi (Manajemen)
Kegunaan dan dampak dari Ilmu Manajemen Ekonomi tersebut adalah:

1.     KEPUASAN PELANGGAN
Adalah perasaan senang/gembira/bahagia/lega atau sebaliknya yang ada pada diri pelanggan setelah membandingkannya dengan yang diharapkannya. Harapan pelanggan terhadap kinerja barang/jasa yang akan dibeli bermula dari harga jual produk, pengorbanan-pengorbanan waktu, energi dan psikis + berbagai promosi yang diterimanya baik oleh aktivitas perusahaan maupun dari pengalaman orang lain yang dikenalnya, apabila:
a.      Persepsi atas kinerja barang/jasa yang dibeli melebihi harapannya, pelanggan merasa sangat puas/kagum.
b.      Persepsi atas kinerja barang/jasa yang dibeli sama dengan harapannya, pelanggan merasa puas
c.      Persepsi atas kinerja barang/jasa yang dibeli di bawah harapannya, pelanggan merasa tidak puas/kecewa.

Pelanggan terdiri dari: konsumen/pemakai akhir, yaitu orang-orang/perusahaan/organisasi yang menggunakan sendiri barang dan jasa yang telah dibeli, dan penyalur, yaitu orang-orang/perusahaan yang membeli barang dan jasa untuk dijual lagi. Manajemen membantu perusahaan untuk senantiasa menyempurnakan kinerja proses, barang dan jasa yang dihasilkan, agar persepsi pelanggan sama dengan harapannya.

2.     PERTUMBUHAN BISNIS
Jika manajemen berhasil, sehingga mampu memenuhi harapan pelanggan secara efektif, dan kepuasan mereka bertambah-tambah, pada gilirannya penghasilan perusahaan akan meningkat; akibatnya tersedia dana yang memadai untuk mengembangkan perusahaan.

3.     KARYAWAN
Jika manajemen perusahaan komit/bersepakat melaksanakan Manajemen guna menyempurnakan proses, memenuhi harapan pelanggan, menghemat biaya, dll, maka dapat dipastikan bahwa para karyawan akan terdorong untuk menopang sepenuhnya. Manajemen meningkatkan moral kerja dan kebanggaan karyawan. Walaupun tidak semua karyawan harus terlibat langsung pada kegiatan Manajemen, namun setiap individu mendapatkan peluang untuk berkontribusi secara signifikan mengingat peranan tiap-tiap anggota organisasi untuk menyediakan/menopang input yang diperlukan dalam proses tertentu.

4.     KEUNGGULAN KOMPETITIF
Manajemen menjanjikan kepada perusahaan-perusahaan pengguna untuk memperoleh keunggulan bersaing antara lain melalui: penghematan biaya operasional yang memungkinkan penetapan harga jual produk lebih bersaing; memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan secara efektif dan efisien; memperoleh reputasi di bidang kualitas; mengembangkan budaya dan kebanggaan berdedikasi pada pelanggan.

Ada beberapa bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang telah melaksanakan Manajemen memperoleh hasil seperti:
a.      General Electric (GE) mendapat tambahan laba $2 milyar dalam tahun 1999 saja.
b.      Motorola berhasil menghemat $15 milyar dalam 10 tahun pertama pelaksanaannya.
c.      Allied Sigma menghemat $1,5 milyar.


Disatu sisi perusahaan diperhadapkan pada era ekonomi baru yang karakteristiknya antara lain: tuntutan pihak-pihak terkait untuk senantiasa memperoleh kinerja produk yang memuaskan; ketatnya persaingan; adanya saling ketergantungan antar perusahaan; dan cepatnya perubahan selera pelanggan. Disisi lain, masih ada (bahkan mungkin banyak) perusahaan yang tidak memperhatikan bahwa penyimpangan-penyimpangan dalam proses operasional yang potensial mengecewakan pasar, pada gilirannya merugikan perusahaan sendiri dalam jumlah yang signifikan. Menghadapi fakta pada sisi pertama sembari mengatasi problema pada sisi kedua, tersedia metode dari Ilmu Manajemen Ekonomi.

Agar Program Manajemen mampu berkinerja secara optimal, semua pihak di dalam perusahaan bahkan pihak-pihak terkait di luar perusahaan harus bersepakat/komit untuk melaksanakannya dengan seksama. Dengan demikian perusahaan akan memperoleh keunggulan bersaing dan keuntungan finansial yang maksimal.

IV.   Kesimpulan
Kebenaran dan keyakinan suatu pengetahuan yang berbeda akan melahirkan persepsi yang beragam pula. Dengan persepsi yang beragam pula akan semakin sulit bagi organisasi untuk menyimpulkannya, akan tetapi dengan terus mempertanyakan dan mengkaji sebab-musababnya maka bukan tidak mungkin kita akan menemukan kebenaran walau masih relatif, akan tetapi dengan mendekati taraf keyakinan suatu masalah yang diperdebatkan tersebut menjadi semakin baik.

Dengan demikian tidak ada kebenaran yang mutlak, melainkan pengecualian karena keterbatasan kita sebagai manusia biasa, yang tidak memiliki kesempurnaan secara hakiki. Yang olehnya itu, pengetahuan atas kebenaran yang diyakini merupakan sesuatu yang yang tak bisa di identikkan untuk menjadi supply and demand di dalam menentukan suatu keputusan, melainkan menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi.


Wassalam,
Penulis



V.    DAFTAR PUSTAKA
Brue, Greg, 2002. Sig sigma for Managers. A briefcase Book, Mc Graw-Hill.
Eckes, George, 2002. Six sigma team dynamics: the Elusive Key to Project Success, Hoboken, New Jersey.
Ingle, Sarah and Willo Roe, 2001. “Sig sigma black belt implementation”. The TQM. Magazine, Vol. 13-4, pp 273-280.
Kotler, Philip, 2003. Marketing Management. 11th Edition, Prentice-Hall.
Kotler, Philip and Gary Armstrong, 2002. Marketing, An Introduction. 5th Edition. Prentice-Hall.
Lovelock, Christopher and Lauren Wright, 2002. Principles of Service Marketing and Management. Prentice-Hall.
Schermerhorn, John R. Jr., 2002. Management. 7th Edition, John Wiley & Sons.
Urdhwareshe, Hemant, 2002. “The Sig sigma Approach”. Quality & Productivity Journal.
Internet (berbagai sumber)